HARI SABAT

Friday, June 19, 2009

A. Hari Sabat, Hari Ketujuh, Hari yang Istimewa.

Hari apa yang seharusnya kita kuduskan?
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8).

Mengapa hari Sabat?
“Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Kel 20:10).

Menguduskan Sabat berarti mengingat Tuhan sebagai pencipta.

Apa keistimewaan hari ketujuh (hari Sabat)?
“Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaanNya itu”(Kej 2:3).

Hari Sabat adalah hari yang istimewa karena diberkati dan dikuduskan Allah.

Apakah semua hari boleh dijadikan sebagai hari Sabat?
“Tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan…”(Kel 20:10a)

Jadi hanya hari yang ketujuh dalam siklus mingguan yang disebut Sabat. Kita dapat berbakti kepada Allah kapan saja namun hanya hari ketujuh yang disebut Sabat.


B. Hari Sabat adalah Hari Sabtu

Hari apakah hari Sabat itu….. atau hari apakah hari ketujuh itu?
Ada dua bukti yang menunjukkan bahwa hari Sabat adalah hari Sabtu dalam kalender kita.

1. Bukti eksternal
Dari Kalender. Jika kita lihat urutan hari dalam kalender maka kita akan temukan bahwa hari Sabtu berada pada urutan ketujuh dari siklus mingguan. Jadi hari Sabtu adalah hari yang ketujuh.

Kesaksian dari Orang Yahudi. Saat ini ada sebuah bangsa yang sebut bangsa Israel (Yahudi) yang merupakan keturunan langsung dari Abraham, Ishak dan Yakub. Mereka masih memelihara ajaran nenek moyang mereka yang mereka terima turun temurun, termasuk pemeliharaan hari Sabat. Jika kita melihat hari apa mereka menujuh sinagog atau hari apa mereka berbakti maka kita akan dapati hari Sabtu.

2. Bukti internal
Yang dimaksud bukti internal adalah bukti yang diambil dari kesaksian kitab suci (Alkitab).

Dalam Lukas 23:52-54 disebutkan bahwa hari dimana Yesus mati (diturunkan dari salib dan dibawa di kubur) adalah pada hari persiapan,hari sebelum Sabat (ayat 54). Dalam kamus Alkitab (yang ada di belakang Alkitab), dinyatakan bahwa hari persiapan adalah hari sebelum Sabat yaitu hari Jumat. Berarti hari Sabat adalah hari sesudah hari Jumat, jadi hari Sabtu.

Dalam Matius 28:1-6 dijelaskan bahwa Yesus bangkit pada hari pertama dalam Minggu, hari itu adalah hari sesudah Sabat (ayat 1). Karena hari dimana Yesus bangkit adalah hari Minggu, berarti hari Sabat adalah hari sebelumnya, berarti hari Sabtu.


C. Yesus dan Hari Sabat

Bagaimana hubungan Yesus dengan hari Sabat?
Dalam 1 Kor 8:6; Ib 1:1,2; Yoh 1:3, disebutkan bahwa sebagaimana Bapa, Yesus adalah Pencipta. Ia terlibat dalam penciptaan dunia (lihat Kej 1:26). Berarti Yesus jugalah yang menetapkan Sabat sebagai hari perhentian. Dalam Mark 2:28 Yesus, sebagai Anak manusia menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. Maksud “Tuhan atas hari Sabat” adalah, Ia sendirilah yang menciptakan Sabat itu.

Ketika Yesus berada di atas dunia ini, hari apa biasanya Ia beribadah?
“Ia datang ke Nasaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab”(Luk 4:16).


D. Hari Sabat Tidak Pernah Dibatalkan

Apakah setelah kematian Yesus di kayu salib hari Sabat masih berlaku?
Berikut ini beberapa bukti yang menyatakan bahwa hari Sabat tetap disucikan setelah kematian Yesus:

- “17Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena Aku berkata kepadamu: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Matius 5:17, 18).

Hari Sabat adalah salah satu dari sepuluh hukum Taurat (hukum ke 4). Menurut ayat ini selama ada langit dan bumi satu iota atau titikpun dari hukum Taurat tidak akan ditiadakan. Disitu juga dijelaskan bahwa kedatangan Yesus bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya.

- “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin atau hari Sabat” (Matius 24:20).

Kata-kata ini dikemukakan Yesus ketika Dia sedang membicarakan tentang peristiwa-peristiwa (nubuatan) yang akan menimpa pengikut-pengikutNya dimasa yang akan datang. Jika Sabat tidak berlaku lagi mengapa Yesus mengamarkan para pengikutNya agar waktu pelarian umatNya tidak jatuh pada hari perhentian (Sabat)?

- “Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadah itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari kitab suci” (Kisah 17:2). Lihat juga Kisah 13:14; 16:13; 18:1-4

Rasul Paulus, seorang yang menjadi rasul setelah kematian Yesus tetap menyucikan Sabat.

- “Jadi masih tersedia hari perhentian, hari ketujuh , bagi umat Allah” (Ibrani 4:9).

- “22 Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu tinggal tetap dihadapanKu, demikianlah firman Tuhan, demikianlah keturunanmu akan tinggal tetap, 23 Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang sujut menyembah di hadapanKu, firman Tuhan” (Yesaya 66:22,23)

Jadi jika di dunia baru (surga) nanti orang-orang yang diselamatkan akan memelihara Sabat, sungguh suatu yang tidak masuk diakal bila beranggapan bahwa Sabat tidak berlaku lagi.


E. Hari Sabat Untuk Semua Orang

Benarkah hari Sabat hanya berlaku kepada Orang Yahudi?
“Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatnya itu”(Kej 2:1,2).

Menurut ayat ini Sabat diciptakan besamaan dengan penciptaan dunia. Ia disucikan oleh nenek moyang manusia, Adam dan Hawa. Ini berarti Sabat telah ada jauh sebelum adanya bangsa Yahudi.

“Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Markus 2:27).

Menurut ayat ini Sabat diadakan untuk semua orang. Jadi tidak hanya untuk orang Yahudi.


F. Hari Sabat adalah Jati Diri Allah

“Kuduskanlah hari-hari SabatKu, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah Tuhan Allahmu” (Yeheskiel 20:20)…Lihat juga ayat 12.
Kata ‘peringatan’ dalam ayat di atas dalam bahasa aslinya, Ibrani, adalah ‘owth’ yang berarti : ‘tanda, monumen, bukti, bendera’. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, Sabat adalah jati diri Allah. Ia bagaikan bendera Merah-Putih yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Oleh melihat bendera Merah-Putih yang kita pegang, bangsa lain akan mengetahui bahwa kita adalah bangsa (warga) Indonesia. Begitu juga dengan Sabat, dengan menyucikan Sabat orang akan tahu bahwa yang kita sembah adalah Allah Pencipta.

Jika Sabat sebagai bendera Allah, tentunya ia tidak boleh diganti dirubah atau diinjak-injak. Dapatkah kita mengganti, merubah, atau menginjak-injak bendera kita sendiri?…tentu tidak sebab pemerintah akan marah. Bagaimana dengan Sabat? Apa perasaan Allah jika kita mengabaikan Sabat?


G. Berkat-Berkat Menyucikan Sabat

Apa berkat-berkat yang diterima jika menyucikan Sabat?
“Berbahagialah orang yang melakukannya dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara Sabat dan tidak tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari perbuatan jahat”
“Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada Tuhan untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama Tuhan dan untuk menjadi hamba-hambaNya semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjianKu, mereka akan Kubawa ke gunungKu yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doaKu. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbahKu, sebab rumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa”(Yes 56:6,7).

“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudusKu; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan” dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya”(Yes 58;13,14).





sumber : Kumpulan khotbah & Renungan Osbert Miojo, SPd

0 comments: